Jumat, 29 November 2013

Membaca Intensif

1. Pengertian Membaca Intensif

Pernahkah kamu membaca cerita anak, baik novel, cerpen, maupun dongeng? Tahukah kamu teknik-teknik yang digunakan untuk membaca sebuah teks cerita? Tahukah kamu yang dimaksud dengan teknik membaca intensif? Kegiatan membaca yang dilakukan dengan tujuan menelaah dan memahami secara mendalam dan utuh suatu teks dikenal dengan nama teknik membaca intensif. Teknik membaca intensif dapat dilakukan untuk teks fiksi maupun teks nonfiksi. Cerita anak merupakan jenis cerita fiksi. Untuk itu, kamu diajak membaca cerita anak berjudul Bermain Curang 

2. Membaca Intensif Cerita Anak

Bacalah kutipan cerita anak di bawah ini dengan teknik membaca intensif! Sambil membaca, buatlah ringkasan ceritanya!
                                                  Bermain Curang
Kelas jadi hiruk pikuk. Tepuk tangan terdengar menggema ketika Antok  menerima hadiah dari Pak Efendi sebagai pemenang lomba kaligrafi. Anak-anak yang duduknya berjejer di belakang, meneriaki Antok dengan lantang. Antok hanya tersenyum mendengar pujian dari beberapa temannya. Ia merasa bangga. Namun, ada sesuatu yang disembunyikan dalam kemenangannya. Semua ini hanya dia yang tahu.Bel istirahat berbunyi. Antok mengajak beberapa anak pergi ke kantin Bu Iyah. Antok akan mentraktir mereka atas kemenangan yang diraihnya.
“Ayolah, kalian makan apa yang kalian suka. Tidak usah sungkan- sungkan,” kata Antok merasa bahagia.
Di tempat lain, Ali sedang memerhatikan Antok bersama kawan-kawannya. Mereka tampaknya bersenang-senang di kantin Bu Iyah. Padahal, Ali tahu tentang semuanya. Ia tahu, kemenangan yang diraih Antok hanyalah semu belaka. Dalam lomba tersebut, Antok bermain curang.
“Hai Ali, kenapa kamu ada di sini? Kenapa tidak bergabung dengan mereka?” tanya Ramelan menepuk pundak Ali. Ali sedikit terkejut melihat kedatangan sahabatnya itu.
“Undangannya terbatas, Lan.”
“Aku jadi heran, masak sih kamu tidak diajak oleh Antok untuk makan-makan atas kemenangan yang diraihnya. Kamu kan teman sebangkunya, Ali!”
Ali terdiam sesaat. Seolah ada sesuatu yang dipikirkan olehnya.
“Ada apa, Al? Tiba-tiba wajah kamu pucat. Kamu sakit?” Ramelan merasa heran ketika menangkap perubahan itu. Ali menggeleng. Entah mengapa, tiba-tiba saja Ali tidak bisa berdusta pada Ramelan. “Lan, sebenarnya kemenangan Antok dalam perlombaan itu karena dia berbuat curang,” kata Ali berterus terang.
“Maksudmu?” Ramelan tertawa terbelalak sekaligus merasa penasaran dengan pernyataan sahabatnya.
“Ya. Dalam perlombaan itu sebenarnya yang membuat kaligrafi adalah kakaknya!”
“Dari mana kamu tahu, Al?” Aku melihatnya sendiri ketika bermain ke rumah Antok. Dia memintaku untuk merahasiakannya pada orang lain.”
Kedua anak itu terdiam beberapa saat. Ramelan tidak menyangka kalau
Antok akan seberani itu berbuat curang dalam perlombaan.
“Jadi, karena itu kamu tidak mau bergabung dengan mereka?” kata Ramelan memecah kebisuan itu.
“Aku tidak bisa menyimpan kebohongan terus-menerus, Lan. Kalau aku
diam, berarti aku ikut andil mengotori dalam perlombaan itu. Makanya, aku berbagi cerita ini pada kamu, agar aku tidak terus-menerus dihantui perasaan bersalah!”
“Berarti kemenangan Antok tidak murni!” kata Ramelan.
Keesokan harinya, berita itu begitu cepatnya tersebar dari mulut ke mulut.
Akhirnya, berita itu menjadi rahasia umum. Sebenarnya, tidak sedikit anak-anak yang mudah percaya dengan desas-desus itu. Selama ini, mereka mengenal Antok sebagai anak yang baik. Rasanya tidak mungkin, Antok melakukan perbuatan securang itu.
“Hari ini ada tugas keterampilan untuk kalian,” kata Pak Efendi pagi itu
di depan kelas. “Bapak harap, tugas ini dikerjakan di dalam kelas.”
Anak-anak mendadak sontak mendengung seperti suara kumbang.
“Tugas apa lagi, Pak?” protes Baskoro yang duduknya paling belakang.
“Membuat tulisan kaligrafi!”
Antok, yang duduknya sebangku dengan Ali, terkejut bukan main. Bukan karena apa, tetapi selama ini Antok memang tidak bisa menulis Arab. Padahal, tempo hari dialah yang telah memenangkan perlombaan itu. Keringat dingin membasahi badan Antok.
Di dalam kelas, Pak Efendi mondar-mandir mengawasi muridnya.
Sesampainya di bangku Antok, Pak Efendi memerhatikannya. Ia salah tingkah.
Keringatnya makin bercucuran membasahi keningnya.
“Ada apa dengan kamu, Antok? Kamu sakit?” tanya Pak Efendi.
Antok menggeleng, tetapi tidak bisa berdusta pada Pak Efendi.
“Saya… saya tidak bisa mengerjakannya, Pak,” katanya dengan jujur.
“Lho, bukankah dalam perlombaan itu, kamu yang menang?” tanya Pak
Efendi heran.
“Tapi… tapi yang membuat kaligrafi itu bukan saya, Pak.”
“Lalu, siapa yang membuatnya?”
“Kakak saya.”
Anak-anak yang mendengar pengakuan Antok, jadi terkejut. Mereka tak
menyangka, kalau Antok akan berbuat curang dalam perlombaan itu. Kelas jadi ramai. Sebagian anak-anak memaki Antok. Antok pun jadi malu sendiri. Wajahnya tampak pucat. Ingin rasanya dia menangis.
“Sudah, sudah, kalian jangan ramai! Kejadian ini peringatan buat kalian
semua. Bukankah tempo hari Bapak sudah bilang, siapa pun yang berbuat curang pasti akan menanggung akibatnya!” kata Pak Efendi.
Anak-anak terdiam, tetapi pandangan mereka sinis ke arah Antok. Antok sendiri menundukkan wajahnya. Malu sekali karena kecurangannya terbongkar.
                                                           (Sumber: Mentari, edisi 375, Tahun XXV,
28 April 2007, hlm. 12-13)
Jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan isi cerita anak Bermain Curang yang telah kamu baca!
  1. Antok adalah tokoh yang menang dalam lomba penulisan kaligrafi,tetapi kemenangan tersebut diraih karena kecurangannya.
  2. Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan tersebut?
  3. Bagaimana sifat Ali? Apakah ia tokoh yang suka berdusta?
  4. Siapa tokoh yang akhirnya dapat membongkar kecurangan Antok?
  5. Apa tujuan penulisan cerita tersebut? Jelaskan menurut pendapatmu!
  6. Nilai moral apa yang kamu peroleh setelah membaca cerita tersebut? Jelaskan menurut pendapatmu!
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar